Peduli Aleppo, Wasekjen MUI Gubah Puisi Menyayat Hati



Pembantaian di Aleppo adalah tragedi kemanusiaan paling memilukan abad ini. Rakyat sipil, tanpa memandang usia, menjadi korban kekejian rezim zhalim dan sekutunya.

Meski berdalih penyerangan terhadap pemberontak, kebanyakan korban berjatuhan berasal dari kalangan anak-anak, wanita, dan para lansia.

Duka Aleppo adalah duka kita. Duka yang bukan hanya menerbitkan tangis, tetapi juga menguras kepedihan yang amat mendalam.

Tergerak dari rasa prihatin itu, Wasekjen MUI KH Tengku Zulkarnain menggubah sebuah puisi. Sedih nan menyayat hati.

Tatkala
langit cerah jadi mendung
Hujan peluru dan bom berdatangan
Orang-orang berlarian kesana kemari
Menjerit, berteriak, menangis meminta pertolongan

Saudaraku dibantai, diperangi, dan dibunuh
Seolah nyawa mereka tak ada artinya lagi
Air matamu bercucuran bercampur darah

Tapi siapa yang peduli....

Seorang istri menjadi janda
Seorang anak menjadi yatim piatu
Seorang suami menjadi duda
Dulunya berkeluarga sekarang sendiri

Senjata dibuat untuk melindungi bukan untuk membunuh
Karena ego semata
Lalu dimanakah akal manusia?
Tidakkah engkau menangis melihatnya
Tidakkah engkau kasihan melihatnya
Tidakkah engkah marah melihatnya
Lalu siapa yang patut disalahkan

Kabarkan pada dunia,
Kita berduka untuk Suriah Aleppo
Bantulah saudara kita dengan tindakan, harta ataupun do’a

Ya Allah, lindungilah saudara-saudara Kami di berbagai penjuru dunia dari segala mara bahaya yang menimpa

Dari Kami untuk Aleppo tercinta. [Tarbawia/Om Pir]

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to " Peduli Aleppo, Wasekjen MUI Gubah Puisi Menyayat Hati "

Posting Komentar